Beranda | Artikel
Debat Singkat Muslim dengan Nasrani
Kamis, 3 November 2016

Debat Muslim Vs Kristen

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Dialog yang dilakukan ulama dengan orang nasrani, umumnya tidak panjang. Dialog mereka singkat, tapi mematikan komentar lawannya. Karena ideologi yang menyimpang, pasti bertentangan dengan logika.

Semoga dialog ini semakin menanamkan ideologi yng benar kepada kita.

Pertama, Perdebatan Hathib dengan Muqauqis – raja nasrani Mesir –

Ibnu Abdil Hakam bercerita bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus Hathib bin Abi Balta’ah untuk mengirim surat ke Muqauqis – raja Mesir –.

Sang raja bertanya, bagaimana kondisi peperangan antara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama melawan musuhnya.

Hathib menjawab, “Peperangan yang terjadi diantara mereka gantian menang. Terkadang Nabi menang dan terkadang kalah.”

Spontan Muqauqis langsung menimpali, “Seorang nabi kalah perang?”

Di saat yang sama Hathib menimpali, “Ada tuhan yang mati disalib?”

Suasana senyap, terdiam semuanya… (Uyun al-Munadzarat, hlm. 185).

Kedua, debat al-Qadhi al-Baqillani dengan raja romawi

Dikisahkan dalam kitab Fabihudahum iqtadih,

Ada seorang raja romawi yang mengirim surat kepada khalifah kaum muslimin, meminta agar dikirim seorang ulama untuk dipertemukan dengan para pendeta nasrani. Sang Khalifah mengutus al-Qadhi al-Baqillani.

Setelah sampai di negeri romawi, semua telah disiapkan, dan debat akan dilakukan di depan raja.

Sebelumnya pihak protokoler menyampaikan aturan bahwa siapapun yang menghadap raja, dia harus bersujud untuk raja. Jika anda tidak bersujud, ini penghinaan kepada raja.

al-Baqillani, “Kalo begitu saya tidak mau menemui raja. Saya tidak akan bersujud kecuali kepada Allah.”

Hal ini disampaikan kepada raja nasrani, dan dia tetap meminta, bawa dia masuk ke mari. Kemudian mereka memasang kayu di pintu kerajaan, sehingga siapapun yang memasukinya harus nunduk, dan tidak bisa sambil jalan bediri. Dengan ini, otomatis siapapun yang masuk istana akan nunduk kepada raja.

Ketika al-Qadhi l-Baqillani hendak masuk, beliau merasa ada keanehan dengan pintu itu. Beliau menyadari, ini pasti tipu muslihat kerajaan agar dia terpaksa sujud kepada raja. Beliau tetap masuk namun dengan berjalan mundur. Subhanallah, seperti inilah kecerdasan ulama.

Sesampainya di dalam istana, ada banyak pastor yang sudah siap untuk berdebat. Al-Baqillani yang memulai bicara,

Al-Baqillani, “Wahai para bapak pastor, bagamana kabar anda? Bagaimana kabar keluarga, bagaimaan kabar anak dan istri anda?”

Spontan sang raja langsung menatap kepada orang ini dengan keheranan,

“Kamukah yang diutus khalifah untuk berdebat dengan para pastor?” tanya raja.

“Ya benar.” jawab al-Baqillani.

“Apa gak ada ulama lain selain kamu?” tanya raja menghina.

“Lha kenapa?” al-Baqillani balik tanya.

“Sudah jadi rahasia umum dan kamu harus tahu, bahwa mereka para pastor itu tidak menikah, tidak punya anak dan istri. Bisa-bisanya kamu tanya kabar anak dan istrinya.” Terang raja.

“Lha kenapa mereka tidak menikah?” tanya al-Baqillani.

“Karena mereka tersucikan dari anak dan istri.”

Dalam riwayat lain,

“Karena menikah itu kotor, dan mereka tersucikan dari beranak dan beristri.” Jawab raja.

Kemudian al-Baqillani mengatakan kepada mereka semua,


تنزهونه عن هذا ولا تنزهون الله عن الصاحبة والولد ؟!!

Kalian sucikan para pastor dari memiliki anak dan istri, tapi kalian tidak mensucikan Allah dari keberadaan anak dan istri?!!

Terdiam semuanya… (Fabihudahum iqtadih, hlm. 469)

Ketiga, debat islam di negara barat dengan pendeta nasrani

Debat ini terjadi antara pendeta nasrani yang membuka konsultasi via online dengan salah seorang pemirsa.

Kita sebut saja namanya Petrus dan pemirsa.

Petrus, “Pendeta Petrus di sini, silahkan anda menyampaikan pertanyaan anda.”

Pemirsa, “Apakah anda mengagungkan lambang salib?”

Petrus “Ya, benar. Ada apakah?”

Pemirsa, “Tidak, saya Cuma melihat, selalu ada lambang salib di tayangan anda.”

Kemudian beliau tanya lagi,

“Apakah anda mengagungkan salib karena Yesus mati disalib?”

Petrus, “Ya, kurang lebih seperti itu.”

Pemirsa, “Berarti andaikan Yesus mati di kursi listrik, apakah anda akan mengagungkan kursi listrik? Dan akan memakai kalung kursi lisrik?”

Terdiam….

Keempat, Yesus penebus dosa

Debat ini terjadi antara pendeta nasrani yang membuka konsultasi via online dengan salah seorang pemirsa.

Kita sebut saja namanya Petrus dan pemirsa.

Petrus, “Pendeta Petrus di sini, silahkan anda menyampaikan pertanyaan anda.”

Pemirsa, “Mengapa Yesus disalib?”

Petrus “Untuk menebus dosa semua manusia?”

Pemirsa, “Apakah Yesus juga akan menebus dosa orang yahudi yang membunuhnya?.”

Terdiam….

Lalu dia jawab, “Ya”

Kemudian beliau tanya lagi,

“Apakah Yesus juga akan meneubs dosa semua muslim?”

Petrus, “Tidak.”

Heemmmm.

Artikel Konsultasisyariah.com


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/28548-debat-singkat-muslim-dengan-nasrani.html